Dokter(s) — Resensi Buku Doctors by Erich Segal

Raka Dokter Muda
7 min readMar 10, 2022

--

#ResensiBuku #Doctors #Erich Segal

Medical Fiction mungkin jenis genre yang cukup asing di telinga saya. Sebuah buku yang mengangkat kisah perjalanan dokter seperti; beratnya masa kuliah karena berjibaku dengan buku tebal semacam textbook, kemudian masa intership di rumah sakit pasca pre-klinik(atau dokter muda) yang serasa seperti pekerja rodi penuh waktu hingga praktik sendiri dan juga lanjut pendidikan ke spesialis. Buku ini adalah buku pertama yang saya baca yang mengangkat unsur kedokteran dengan alur cerita dan penokohan yang beragam.

Identitas Buku

Judul : Doctors (Dokter)
Penulis : Erich Segal
Penerbit : PT GRamedia Pustaka Utama
Terbitan : Jakarta, Februari 2010
Penerjemah bahasa : Hidayat Saleh
ISBN : 978–979–22–5449–5
Jumlah halaman : 848 hlm
Tebal : 23cm
Cara saya mendapatkan : meminjam di Perpustakaan Univ.Airlangga Kampus A
Harga : ??

Review saya…

Buku yang saya baca syukurnya sudah dalam edisi terjemahan Bahasa Indonesia. Butuh waktu 2 bulan lebih untuk menghabiskan total 848 halaman, bukan prestasi yang patut saya banggakan. Karena kesibukan saya sebagai mahasiswa FK selama weekdays yang padat, sehingga hanya weekend-lah saya menyisihkan waktu untuk membaca 100–200 halaman diakhir pekan saat itu.

Secara fisik (bukan maksud mandang fisik ya..) buku ini ‘sangat’ tebal dan berat. Delapan-ratus halaman dengan ukuran dimensi yang mirip ukuran novel pada umumnya, mungkin 13x19cm? Saya ga ngitung sorry. Kertas yang digunakan rasanya kualitas rendah, hanya kertas buram yang cukup gelap untuk dibaca (bukan kertas HVS putih bersih), mungkin pertimbangan menggunakan kertas buram adalah untuk menekan biaya cetak produksi karena jumlah halaman yang buanyak.

Desain buku terbilang jadul. Coba Anda perhatikan cover bukunya, kira-kira judulnya ‘Erich Segal by Doctros` atau ‘Doctors by Erich Segal’? Aneh bukan? Setahu saya, ya judul buku yang gede baru diikuti nama penulis dibawahnya kecil. Lah ini malah kebalikannya. Gambarnya pun cuman kaki putih-putih dengan sebuah alat. Desain dalam bukunya juga monoton, tidak ada yang spesial. Judul Chapter dicetak tebal dan dibesarkan ukuran fontnya sedikit, kemudian isi chapternya standar paragraf biasa. Ga ada quotes-quotes ataupun desain khusus pada chapter tertentu. Murni mirip makalah biasa, monoton.

Masuk ke inti dalam buku…
Buku ini memiliki chapter-chapter seperti novel pada umumnya, dimana terdiri total 56 chapter. Buku ini unik, karena alur cerita tidak hanya berfokus pada Main Character, tetapi pada beberapa chapter dalam buku ini akan menceritakan kisah karakter lain seperti dr.Bennett, dr.Wyman, dr.Lance, dr.Hank dan beberapa dokter lainnya yang masih berhubungan dengan karakter utama, yaitu dr.Barney Livingston dan dr.Laura Castellano.

Sensasi yang saya rasakan selama membaca buku? Tentu aja ada unsur ‘adiktif’ bagi saya mahasiswa FK yang relate banget dengan kehidupan saya saat ini. Selain tema dasar yang menarik (kedokteran), ada juga kisah asmara karakter utama yaitu dua sahabat yang terjebak dalam friendzone yang menambah rasa penasaran akan akhir dari kisah cinta romantis dua sahabat tersebut.

Kemudian dari segi diksi, rasanya cukup keren. Buku ini ga pure langsung terjemahin begitu aja dari versi aslinya. Rasanya sang penerbit dan penerjemah seperti berbaik hati menuliskan ulang ke dalam versi Bahasa Indonesia yang mudah dicerna seperti novel-novel pada umumnya. Meskipun ada istilah-istilah kedokteran yang tuliskan miring, tetapi ada kalimat penjelas setelahnya, ataupun jika tidak ada kalimat penjelas kemungkinan istilah tersebut tidak terlalu penting dengan unsur cerita. Ga ada kendala berarti saat membaca kosa kata dalam buku ini. 100 halaman perhari adalah bukti buku ini mudah untuk dibaca.

Alur cerita dalam buku ini campuran, yaitu maju-mundur. Saat membaca dibagian awal chapter, mungkin kita akan berjalan terus kedepan mengikuti perkembangan watak karakter utama. Namun ketika mencapai pertengahan chapter, sudah mulai terasa kisah-kisah flashback dari karakter utama ataupun karakter pendukung lain pada buku ini. Kisah flashback yang diceritakanpun cukup vital sebagai pondasi dasar dari bagaimana latar belakang karakter tersebut. Namun bagi saya yang kurang suka flashback-flashback (karena masa lalu ya hanya masa lalu..) akan merasa sedikit bosan pada chapter ini. Sayangnya endingnya kurang memuaskan, kalau mengikuti kisah karakter utamanya :(

Sudut pandang yang diangkat tentu saja lika-liku perjalanan hidup dokter. But, not the only just here! Buku ini juga mengangkat perang-perang di Amerika, pada tahun 1940-an dan perang Vietnam-Amerika 1975-an. Perang Vietnam-Amerika pada saat itu membuat pemerintah Amerika meminta warganya, khususnya pria, untuk ‘mengabdi kepada negara’ dengan cara ikut terjun langsung ke medan perang (sebuah wajib militer yang berkedok menyuruh warganya mati perang). Ada juga beberapa problematika di Amerika Serikat yang diangkat, seperti ketidaksetaraan gender pria-wanita, dimana sebagian pria dapat bekerja dimana saja dengan karier yang tinggi, sedangkan wanita sangat sulit mendapatkan pekerjaan dan pendidikan yang setara. Kemudian ada deskriminasi kepada ras-ras kulit hitam di Amerika, walaupun Anda dokter, dan berkulit hitam, Anda akan dipandang rendah disana (bahkan seperti binatang).

Bagaimana dari sisi kedokterannya? Amazing banget. Anda akan mendapatkan real story bagaimana pendidikan seorang dokter. Mulai kerasnya ‘seleksi alam’ pada masa bangku kuliah kedokteran. Anda tahu, banyak kejadian bunuh diri dan pengunduran diri mahasiswa kedokteran, sayangnya berita tersebut hanya dikalangan lingkup internal, karena demi menjaga cintra baik kedokteran itu sendiri.

Oke, balik ke kisah menjadi seorang dokter. Tentu saja banyak orang menganggap bahwa dokter itu orang hebat, pinter, berwibawa dan mungkin ‘tangan kepercayaan tuhan’. Tetapi kebanyakan orang ga tahu bahwa benar-benar ada sebuah perjuangan mati-matian dalam mencapai hal tersebut. Khususnya, dokter mengorbankan hampir seluruh hidupnya (waktu, pikiran, perhatian, tenaga) hanya untuk pasiennya! Do no harm, jangan berbuat kesalahan, karena taruhannya adalah nyawa pasien itu sendiri.

Hal ini membuat banyak sekali hal-hal yang harus hilang ‘secara manusiawi’ bagi seorang dokter. Pertama, masa mudanya-karena dihabiskan belajar dibangku kuliah dan rumah sakit. Kedua, waktu-karena ketika kerja, harus dituntut profesional dan perfect kepada pasiennya. Ketiga, asmara-karena waktu sekolah dokter yang lama, dokter sering kali ‘terlambat’ untuk menikah.

Kalau mau detailnya, mungkin lebih baik Anda membaca bukunya secara langsung, 800 halaman haha..

Overview keseluruhan :
- Desain : 3.5/5
- Fisik Buku : 3.5/5
- Alur Cerita : 4.0/5
- Topik Hal yang diangkat : 4.0/5
- Sisi Kedokteran : 4.5/5
- Ending : 2.5/5
- Rekomended : 4.0/5

Warning! Bagian selanjutnya mengandung spoiler!

Sinopsis main story:

Barney Livingston dan Laura Castellano, dua sahabat cilik yang hidup di tahun 1940an di Brookyln, Amerika Serikat. Kehidupan mereka berjalan harmonis layaknya keluarga normal pada umumnya, begitupun dengan persahabatan mereka.

Singkat cerita, waktu berjalan begitu cepat. Laura yang semakin remaja menunjukan bahwa ia gadis yang bermekaran dan berprestasi di sekolahnya. Ia bahkan terpilih sebagai ketua OSIS saat SMA. Semua ini tak lepas dari taktik jitu Barney dalam merancang kampanye untuk Laura. Dan juga memanfaatkan statusnya sebagai atlet basket berprestasi untuk membuat siswa lain di sekolahnya memilih Laura saat pemilihan ketua OSIS berlangsung.

Saat memutuskan melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Keduanya sama-sama memutuskan untuk menjalani jalan mereka masing-masing. Luara memutuskan untuk mengambil kelas tambahan agar tembus ke salah satu Fakultas Kedokteran ternama, sedangkan Barney mendedikasikan dirinya pada basket dan bergabung dengan klub basket amatir di daerahnya.

Namun rencana terkadang tak semulus dengan takdir tuhan.

Barney harus menghadapi masalah kenakalan remaja akibat hasutan teman satu timnya untuk sedikit menikmati hasil jerih payah mereka selama ini. Mereka akhirnya mencoba sedikit bagaimana rasanya obat-obatan murah di jalanan yang katanya memberikan efek bahagia. Barney mengetahui konsekuensi atas perbuatannya, termasuk mengetahui bahwa obat-obatan ini adalah barang ilegal. Semuanya berakhir buruk, performa permainan basket Barney menurun, ia rentan cidera. Hingga akhirnya Barney dan teman-temannya ketahuan mengkonsumsi obat terlarang tersebut. Barney akhirnya harus menerima nasib bahwa kini ia didepak dari klub tersebut dan karier basketnya sudah tamat.

Tak berselang lama, Barney mendapati ayahnya kejang-kejang. Wajahnya ayahnya pucat, bibirnya tak semerah biasanya, matanya terpaku melirik ke atas. Ibu dan adiknya bergegas meminta Barney untuk ke menjemput salah satu dokter yang ada di dekat kompleks perumahan.
“Permisi! Dokter! Tolong Ayah saya, dok!”
“Ayah saya kejang-kejang dan butuh pertolongan Anda.” ucap Barney panik
Sang dokter hanya berdiri didepan pintu dan memperhatikan Barney yang terus memintanya untuk melihat kondisi Ayahnya saat ini.
“Maaf nak, sebaiknya Ayahmu dilarikan ke Rumah Sakit. Saya tidak mau terlibat dengan orang yang sekarat.” singkat dokter dan langsung menutup pintu, meninggalkan Barney sendirian.

Sang Ayahpun tak terselamatkan. Barney menangisi keadaan yang begitu sial kepada dirinya. Ia mengutuk dokter tersebut, dan berjanji kepada dirinya akan menjadi dokter yang baik dan membalas perbuatan dokter pemalas itu atas kematian Ayahnya.

###

Laura yang baru menyelesaikan kelas tambahannya, akhirnya mencoba mendaftar di beberapa Fakultas Kedokteran peruguran tinggi ternama. Sayangnya hanya satu yang membuat namanya sering kali mendapat masalah ketika masalah seleksi berkas, yaitu jenis kelamin perempuannya.

Saat itu, perempuan yang akan mendaftar dokter akan dianggap rendah dan dipersulit. Banyak paradigma negatif tentang perempuan dan masih otoriternya kalangan pihak laki-laki, baik itu di rumah, di tempat kerja, ataupun di ranjang, ‘Mengapa perempuan menghabiskan sepanjang hidupnya untuk mempelajari ilmu kedokteran, sedangkan tempatnya ia berada seharusnya di dapur?’. Bahkan lulusan dokter perempuan di Amerika Serikat saat itu bisa dihitung hanya dengan jari.

###

Singkat cerita, setelah melalui berbagai interview dan pandangan rendah kepada perempuan, akhirnya Luara bisa diterima Harvard Medical School. Persiapan kuliahnya pun dimulai, Laura mulai mengisi kamar asramanya dengan barang-barang yang ia perlukan selama sekolah. Ia berkeliling gedung-gedung kampus mencari tahu lokasi strategis khusus ala mahasiswa.

Dan begitu mulai kelas pertamanya, ia terkejut melihat sosok yang mirip Laura kenal. Saat semakin mendekat dan memanggil namanya, “Barney, itukah kau?”. Pria itu menoleh kebelakang arah panggilan tersebut, “Laura? Kau juga disini?”. Perbincangan mereka berlangsung singkat karena dosen kelas pagi itu sudah datang, namun satu hal yang pasti, kedua sahabat itu saling tahu bahwa mereka akan berteman lagi selama kuliah kedokteran ini kedepannya.

Waktu berganti waktu, tahun terus berganti tahun, semua akan berubah seiring waktu terus berjalan. Begitu juga keadaan Laura dan Barney. Kehidupan di Harvard Medical School membuat mereka harus beradaptasi dengan kerasnya sistem sekolah kedokteran. Mereka harus mendedikasikan pikiran, tenaga, waktu dan segalanya demi hanya bisa ‘bertahan’ disini. Yap benar, hanya sekedar ‘bertahan’. Karena pada dasarnya, akan terjadi seleksi alam tahun ke tahun terhadap mahasiswanya, entah itu mengundurkan diri ataupun berakhir dengan berita duka kematian bunuh diri atas kerasnya tekanan dari dosen dokter-dokter senior yang menuntut kesempurnaan disekolahnya.

Bagaimana kelanjutan kisahnya? Hmm.. ada baiknya membaca buku lengkapnya. :))

###

--

--

Raka Dokter Muda
Raka Dokter Muda

Written by Raka Dokter Muda

0 Followers

Helo! My name is Raka. I’m a young doctor at Universitas Airlangga, Surabaya. My passion is creative content creator, study/teach, writing.

No responses yet